Menu

Kisah seorang sahabat yang ingin memukul Rasulullah S.a.w

Kisah seorang sahabat yang ingin memukul Rasulullah S.a.w


Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam sebelum meninggal.
Rasulullah telah jatuh sakit yang agak lama, sehingga Rasulullah tidak dapat sholat berjamaah dengan para sahabatnya di Masjid.

Pada suatu hari Rasulullah meminta beberapa sahabat membawanya ke Masjid. Rasulullah di dudukkan atas mimbar, lalu Rasulullah meminta Bilal memanggil semua para sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak dapat melihat Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam.

Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam bersabda: "Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa itu adalah Tuhan yang layak di sembah?".

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa adalah Tuhan yang layak disembah".

Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka". Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi bertemu Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang dengan kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau jika bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia".

Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing-masing berkata "Mana ada Rasullullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang dengan Rasulullah".

Rasulullah mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali. Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama AKASYAH. lalu dia berkata:
"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta kau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah berkata: "Ceritakanlah wahai Akasyah".

Maka Akasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda. Tetapi cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda, sebenarnya cemeti itu terkena pada dadaku karena ketika itu aku berdiri di
sebelah belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar yang demikian, terus Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam berkata:
"Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Akasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama".

Dengan suara yang agak tinggi, Akasyah berkata:
"Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah".

Akasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak memarahi Akasyah.
"Sesungguhnya engkau tidak berperasaan wahai Akasyah. Bukankah Baginda sedang sakit?".

Akasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam meminta Bilal mengambil cemeti di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cemeti tersebut dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya:
"Untuk apa Rasulullah meminta cemeti ini wahai Bilal?".

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cemeti ini akan digunakan oleh Akasyah untuk memukul Rasulullah".

Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Akasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab:"Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cemeti tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Akasyah.

Setelah mengambil cemeti, Akasyah menuju ke hadapan Rasulullah.

Tiba-tiba Abu bakar berdiri menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Wahai Akasyah kalau kamu hendak mukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam sampaikan. Akulah temannya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak mukul, maka pukullah aku".

Lalu dijawab oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam:
"Duduklah wahai Abu Bakar. Ini antara aku dengan Akasyah".

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Akasyah, kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang berani menyakiti Muhammad. Kalau engkau mau menyakiti Rasulullah, maka sakitilah aku dulu".

Lalu dijawab oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Akasyah".

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba-tiba berdiri Ali bin Abu Talib sepupu dan menantu Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam.

Dia menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Akasyah, pukullah aku wahai Akasyah. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Akasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Akasyah" .

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah. Tiba-tiba tanpa disangka, bangunlah kedua cucu kesayangan Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam yaitu Hasan dan Husen. Mereka berdua merayu dan meronta. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami wahai Paman. Sesungguhnya kami ini adalah cucu kesayangan Rasulullah, pukullah kami wahai Paman".

Lalu Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam berkata:
"Wahai cucu-cucu kesayanganku, duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Akasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan tegasnya Akasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawa sini".

Rasulullah memang manusia terbaik. Rasullah meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Akasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju Ya Rasulullah".

Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa buah batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam berkata:
"Wahai Akasyah, bersegeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu."

Akasyah terus menghampiri Rasulullah, tangan yang memegang cemeti untuk dipukulkan ke tubuh Rasulullah, rupanya dilempar cemeti itu sambil terus memeluk tubuh Rasulullah seerat-eratnya. Sambil berteriak menangis, Akasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampunkanlah aku, maafkanlah aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sesungguhnya aku takut dengan api neraka. Maafkanlah aku ya Rasulullah."

Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam dalam keadaan sakit berkata:
"Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Syurga, maka lihatlah Akasyah"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat bergantian memeluk Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam.

Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja menangis. Semoga tetesan air mata kita dapat membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam dan kita dapat mencontoh perilaku Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallaam yang seperti Al-Qur`an berjalan.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.







mohon dishare kalau menurut anda baik.. semoga berkah.
---------------------------------------------------
Sumber: Broadcast WhatsApp

Ads middle content1

Ads middle content2